Dalam Lika liku penuh coratan.
Sistem tak terjama oleh waktu.
Si Muri pengait jabatan.
Si Kunang mengganti - ganti jabatan si Muri.
Muri yang kuat tak butuh asingan.
Di bumi yang tak terasing.
Dalam lika liku sistem yang tertata rapi.
Mengintai sejak lama para punggawa yang katanya melenceng.
Nan di asingkan tapi tak dapat di asingkan.
Jiwa - jiwa yang katanya hilang kini ada di tumpuk sama wadah.
Kadang wadah merontak karna berat tak runtu dalam genggaman.
Di satukan menjadi satu,
Tapi tak utuh.
Karna dalam wadah bak pelangi yang berjajar.
Hilang lekap di kola masa.
Di batasi dengan batas limit waktu.
Kadang pula batas itu lepas karna di batas robek - robekan.
Robek bias dan robek berkasan.
Kadang sengaja dan kadang di sengaja.
Muri dan Kunang berbagi lapak.
Kadang lapak yang sama dalam ra'i yang berubah sesuai selera.
Laras jiwa dan laras hati.
Hati tercabik jiwa merontak.
Bergemerlap di pondasi yang pangkas berbeda.
Berayun sesuai irama angin bertiup.
Kadang bertiup dengan sengaja dan kadang di sengaja.
Kisah itu adalah sebuah poin catatan sejarah.
Yang akan menjadi sebuah kisah.
Kisah cerita para punggawa.
Yang mereka antarkan
Untuk yang datang.
Kapan datang?
Muri dan Kunang menanti dengan rebutan.
Menyajikan keindahan untuk yang datang.
Karna sebuah kisah akan menjadi cerita.
Dalam deretan sejarah untuk menjadi tinta kenangan sepanjang masa.
Sadarkan jiwa sadarkan hati.
Semua tindakan sudah ada miliknya.
Milik jiwa dan milik hati.
Tak kan runtuh dalam dekapan alam.
Tak kan tergoya dalam gerumbuh di dalam jagat ini.
Senantiasa mengairi dalam setiap kisah yang menjadi cerita untuk sejarah.
25 Oktober 2015
By Extrix Mangkepriyanto, S.H.
0 comments:
Posting Komentar